majas pleonasme beserta pengertian ciri ciri faktor muncul dan contohnya

Posted on

Pengertian Majas Pleonasme

Majas pleonasme merupakan salah satu bentuk majas yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia. Dalam majas ini, terjadi pengulangan kata-kata atau frasa yang memiliki makna yang sama atau mirip, sehingga terkesan berlebihan atau redundan. Pada dasarnya, penggunaan majas pleonasme bertujuan untuk menciptakan efek retorika atau gaya bahasa yang menarik. Meskipun terkesan berlebihan, penggunaan majas pleonasme tetap diterima dalam konteks sastra dan bahasa yang bermakna lebih luas.

Bentuk-bentuk Majas Pleonasme

Majas pleonasme dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti pengulangan kata, pengulangan frasa, atau pengulangan kata dan frasa. Beberapa bentuk umum dari majas pleonasme adalah sebagai berikut:

1. Pengulangan kata: Pengulangan kata yang memiliki makna yang sama atau mirip. Contoh: “siang hari” (siang sudah mencakup hari), “naik ke atas” (naik sudah mencakup ke atas).

2. Pengulangan frasa: Pengulangan frasa yang memiliki makna yang sama atau mirip. Contoh: “pergi keluar” (pergi sudah mencakup keluar), “turun ke bawah” (turun sudah mencakup ke bawah).

3. Pengulangan kata dan frasa: Pengulangan kombinasi kata dan frasa yang memiliki makna yang sama atau mirip. Contoh: “uang tunai” (uang sudah mencakup tunai), “matematika hitam” (matematika sudah mencakup hitam).

Tujuan Penggunaan Majas Pleonasme

Mengapa majas pleonasme sering digunakan dalam bahasa Indonesia? Tujuan penggunaan majas pleonasme adalah untuk menciptakan efek retorika atau gaya bahasa yang menarik. Dalam konteks sastra, penggunaan majas pleonasme dapat membantu menciptakan suatu atmosfer, memperkuat pesan yang disampaikan, atau mengundang perhatian pembaca atau pendengar. Selain itu, penggunaan majas pleonasme juga dapat memberikan kesan ekspresif dan memperkaya pengalaman membaca atau mendengar suatu karya sastra.

Ciri-ciri Majas Pleonasme

Melihat ciri-ciri majas pleonasme dapat membantu kita mengenali dan memahami penggunaannya dalam bahasa Indonesia. Berikut adalah beberapa ciri khas dari majas pleonasme:

Pengulangan Kata atau Frasa

Salah satu ciri utama dari majas pleonasme adalah adanya pengulangan kata atau frasa yang memiliki makna yang sama atau mirip. Kata atau frasa yang digunakan dalam majas pleonasme sebenarnya sudah mencakup makna yang ingin disampaikan, namun ditambahkan sekali lagi untuk memberikan efek yang lebih kuat atau menarik.

Tidak Memberikan Arti Tambahan yang Relevan

Majas pleonasme ditandai dengan penambahan kata atau frasa yang tidak memberikan arti tambahan yang relevan. Kata atau frasa tersebut sebenarnya tidak diperlukan dalam konteks kalimat, namun digunakan untuk menciptakan efek retorika atau gaya bahasa.

Penggunaan untuk Efek Retorika atau Gaya Bahasa

Sebagian besar penggunaan majas pleonasme dilakukan untuk menciptakan efek retorika atau gaya bahasa yang menarik. Majas ini dapat memberikan kesan ekspresif, memperkuat pesan yang disampaikan, atau mengundang perhatian pembaca atau pendengar. Dalam konteks sastra, penggunaan majas pleonasme juga dapat memberikan keindahan dan kekuatan estetika pada karya sastra.

Faktor Munculnya Majas Pleonasme

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan munculnya penggunaan majas pleonasme dalam bahasa Indonesia. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi kebiasaan penggunaan kata-kata atau frasa redundan dalam percakapan sehari-hari, penggunaan majas pleonasme sebagai gaya bahasa yang menarik perhatian, dan pengaruh dari bahasa-bahasa daerah yang memiliki ciri khas penggunaan kata-kata redundan.

Kebiasaan Penggunaan Kata-kata atau Frasa Redundan

Penggunaan kata-kata atau frasa redundan dalam percakapan sehari-hari dapat menjadi salah satu faktor munculnya majas pleonasme. Beberapa kata atau frasa yang sering digunakan secara berulang-ulang oleh masyarakat dapat menjadi kebiasaan dan secara tidak sadar terbawa dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Hal ini dapat mempengaruhi penggunaan majas pleonasme dalam berbagai situasi komunikasi.

Gaya Bahasa yang Menarik Perhatian

Penggunaan majas pleonasme dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh keinginan untuk menciptakan gaya bahasa yang menarik perhatian. Dalam berkomunikasi, penggunaan majas pleonasme dapat memberikan efek yang lebih kuat atau dramatis pada pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, banyak penulis, penyair, atau pembicara yang menggunakan majas pleonasme sebagai salah satu cara untuk menarik perhatian pendengar atau pembaca.

Pengaruh Bahasa-bahasa Daerah

Bahasa-bahasa daerah di Indonesia memiliki ciri khas penggunaan kata-kata redundan. Pengaruh dari bahasa-bahasa daerah ini juga dapat mempengaruhi penggunaan majas pleonasme dalam bahasa Indonesia secara umum. Saat berinteraksi dengan masyarakat yang menggunakan bahasa daerah, seringkali kita akan menemukan penggunaan kata-kata atau frasa yang memiliki makna yang sama atau mirip secara berulang-ulang.

Contoh-contoh Majas Pleonasme

Untuk memperjelas pengertian dan penggunaan majas pleonasme, berikut adalah beberapa contoh majas pleonasme yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia:

1. Uang Tunai

Contoh pertama dari majas pleonasme adalah penggunaan “uang tunai”. Kata “uang” sudah mencakup makna “tunai” yang berarti pembayaran secara langsung dengan menggunakan uang kertas atau logam. Dalam hal ini, penambahan kata “tunai” hanya berfungsi untuk memberikan penekanan yang lebih kuat pada pembayaran yang dilakukan secara langsung.

2. Kecepatan Tinggi

Contoh kedua adalah penggunaan “kecepatan tinggi”. Kata “kecepatan” sudah mencakup makna “tinggi” yang mengacu pada kecepatan yang lebih tinggi daripada biasanya. Namun, dalam konteks tertentu, penambahan kata “tinggi” digunakan untuk menggambarkan kecepatan yang sangat tinggi atau di luar batas biasa.

3. Pergi Keluar

Contoh ketiga adalah penggunaan “pergi keluar”. Kata “pergi” sudah mencakup makna “keluar” yang mengacu pada pergi meninggalkan suatu tempat atau ruangan. Namun, dalam kalimat ini, penambahan kata “keluar” digunakan untuk memberikan penekanan pada perbuatan pergi yang juga melibatkan keluar dari suatu ruangan atau area tertentu.

4. Naik ke Atas

Contoh selanjutnya adalah penggunaan “naik ke atas”. Kata “naik” sudah mencakup makna “ke atas” yang mengacu pada pergerakan ke arah yang lebih tinggi. Namun, dalam bahasa sehari-hari, penggunaan frasa ini seringkali terjadi untuk memberikan penekanan yang lebih kuat pada pergerakan ke atas yang terjadi.

5. Turun ke Bawah

Contoh lainnya adalah penggunaan “tur

5. Turun ke Bawah (lanjutan)

Contoh lainnya adalah penggunaan “turun ke bawah”. Kata “turun” sudah mencakup makna “ke bawah” yang mengacu pada pergerakan ke arah yang lebih rendah. Namun, dalam situasi tertentu, penambahan kata “ke bawah” digunakan untuk memberikan penekanan bahwa pergerakan tersebut sangat jelas menuju ke arah yang lebih rendah.

6. Nasi Putih

Majas pleonasme juga sering terjadi dalam konteks kuliner, seperti penggunaan “nasi putih”. Kata “nasi” sudah mencakup makna “putih” yang mengacu pada nasi yang dimasak tanpa bahan tambahan yang memberikan warna. Namun, dalam bahasa sehari-hari, penambahan kata “putih” digunakan untuk membedakan nasi tersebut dari jenis nasi lain yang mungkin memiliki tambahan bumbu atau pewarna alami.

7. Matematika Hitam

Contoh lain dari majas pleonasme adalah penggunaan “matematika hitam”. Kata “matematika” sendiri sudah mencakup makna yang cukup jelas, yaitu ilmu yang membahas tentang angka, hitungan, dan perhitungan. Namun, penggunaan kata “hitam” dalam frasa ini digunakan secara kiasan untuk menggambarkan kesulitan atau kompleksitas dalam memahami matematika.

8. Bekerja Keras

Salah satu contoh yang sering digunakan adalah penggunaan “bekerja keras”. Kata “bekerja” sudah mencakup makna usaha atau aktivitas untuk mencapai tujuan. Namun, penambahan kata “keras” digunakan untuk menekankan tingkat kesungguhan, ketekunan, dan usaha yang lebih besar dalam bekerja.

9. Kembali Lagi

Contoh lain dari majas pleonasme adalah penggunaan “kembali lagi”. Kata “kembali” sudah mencakup makna pergerakan atau aksi untuk kembali ke tempat asal atau sebelumnya. Namun, penambahan kata “lagi” digunakan untuk memberikan penekanan atau intensitas yang lebih besar pada tindakan kembali tersebut.

10. Terdiam Diam

Contoh terakhir adalah penggunaan “terdiam diam”. Kata “terdiam” sudah mencakup makna tidak berbicara atau diam, namun penambahan kata “diam” digunakan untuk memberikan penekanan pada ketenangan dan keheningan yang lebih dalam.

Contoh-contoh di atas menggambarkan penggunaan kata-kata atau frasa yang redundan dalam majas pleonasme. Meskipun terkesan berlebihan atau redundan, penggunaan majas pleonasme ini dapat memberikan efek retorika atau gaya bahasa yang menarik dalam konteks yang tepat.

Kesimpulan

Majas pleonasme merupakan salah satu bentuk majas yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia. Majas ini terjadi ketika terdapat pengulangan kata-kata atau frasa yang memiliki makna yang sama atau mirip, sehingga terkesan berlebihan atau redundan. Penggunaan majas pleonasme bertujuan untuk menciptakan efek retorika atau gaya bahasa yang menarik. Ciri-ciri dari majas pleonasme adalah pengulangan kata atau frasa, tidak memberikan arti tambahan yang relevan, dan penggunaan untuk efek retorika atau gaya bahasa.

Munculnya majas pleonasme dipengaruhi oleh kebiasaan penggunaan kata-kata atau frasa redundan dalam percakapan sehari-hari, penggunaan majas pleonasme sebagai gaya bahasa yang menarik perhatian, dan pengaruh dari bahasa-bahasa daerah yang memiliki ciri khas penggunaan kata-kata redundan.

Contoh-contoh majas pleonasme seperti “uang tunai”, “kecepatan tinggi”, dan “pergi keluar” menggambarkan penggunaan kata-kata atau frasa yang redundan dalam bahasa Indonesia. Meskipun terkadang terkesan berlebihan, penggunaan majas pleonasme tetap diterima dalam konteks sastra dan bahasa yang bermakna lebih luas.

Dengan pemahaman mengenai pengertian, ciri-ciri, faktor muncul, dan contoh-contoh majas pleonasme, diharapkan pembaca dapat mengenali dan memahami penggunaan yang tepat dari majas ini. Penggunaan majas pleonasme yang tepat dapat memperkaya karya sastra, mengundang perhatian pembaca atau pendengar, serta memberikan kesan ekspresif dalam penggunaan bahasa sehari-hari.