Majas Sinekdoke: Makna Figuratif dalam Sastra Indonesia

Posted on

Majas sinekdoke merupakan salah satu bentuk majas atau gaya bahasa yang sering digunakan dalam sastra Indonesia. Majas ini memiliki makna figuratif atau kiasan yang terkesan lebih bahasa sehari-hari daripada bahasa formal.

Apa Itu Majas Sinekdoke?

Majas sinekdoke adalah salah satu bentuk majas atau gaya bahasa yang menggunakan bagian dari suatu objek untuk mewakili keseluruhan objek tersebut. Contohnya, ketika seseorang berkata “saya membeli sebuah mobil”, maka mobil yang dimaksud bukan hanya bagian roda atau mesinnya saja, melainkan mobil secara keseluruhan.

Contoh lain dari majas sinekdoke adalah ketika seseorang berkata “saya sedang membaca Shakespeare”. Dalam hal ini, Shakespeare yang dimaksud bukan hanya buku karya Shakespeare saja, melainkan seluruh karya Shakespeare yang ada.

Jenis-Jenis Majas Sinekdoke

Ada beberapa jenis majas sinekdoke yang sering digunakan dalam sastra Indonesia, antara lain:

  • Sinekdoke pars pro toto
  • Sinekdoke totum pro parte
  • Sinekdoke genus pro species
  • Sinekdoke species pro genus
  • Sinekdoke simbolik

Sinekdoke pars pro toto adalah jenis majas sinekdoke yang menggunakan bagian dari suatu objek untuk mewakili keseluruhan objek tersebut. Contohnya, ketika seseorang berkata “saya membeli sebuah mobil”, maka mobil yang dimaksud bukan hanya bagian roda atau mesinnya saja, melainkan mobil secara keseluruhan.

Sinekdoke totum pro parte adalah jenis majas sinekdoke yang menggunakan keseluruhan objek untuk mewakili bagian dari objek tersebut. Contohnya, ketika seseorang berkata “Indonesia memenangkan pertandingan sepak bola”, maka yang dimaksud adalah tim sepak bola Indonesia, bukan seluruh negara Indonesia.

Sinekdoke genus pro species adalah jenis majas sinekdoke yang menggunakan kategori objek untuk mewakili objek tersebut. Contohnya, ketika seseorang berkata “saya membeli sebuah mobil Jepang”, maka yang dimaksud adalah mobil buatan Jepang.

Sinekdoke species pro genus adalah jenis majas sinekdoke yang menggunakan objek spesifik untuk mewakili kategori objek tersebut. Contohnya, ketika seseorang berkata “saya membeli sebuah Toyota”, maka Toyota merupakan salah satu merek mobil yang termasuk dalam kategori mobil.

Sinekdoke simbolik adalah jenis majas sinekdoke yang menggunakan objek untuk mewakili makna tertentu yang terkait dengan objek tersebut. Contohnya, ketika seseorang berkata “saya melihat matahari terbit”, maka matahari terbit mewakili awal dari suatu peristiwa atau kejadian.

Contoh Penggunaan Majas Sinekdoke dalam Sastra Indonesia

Majas sinekdoke sering digunakan dalam sastra Indonesia untuk memberikan efek yang lebih dramatis atau emosional pada suatu cerita atau puisi. Contohnya, dalam puisi “Aku” karya Chairil Anwar, terdapat baris “aku ini binatang jalang dari kumpulannya terbuang”. Dalam baris ini, “binatang jalang” mewakili keseluruhan sifat dan keadaan si penyair, yang merasa terasing dan tidak diterima di masyarakat.

Contoh lain dari penggunaan majas sinekdoke dalam sastra adalah pada cerita rakyat “Si Pitung”. Dalam cerita ini, tokoh utama Si Pitung sering disebut dengan nama “anak Betawi”. Dalam hal ini, “anak Betawi” mewakili identitas dan karakteristik Si Pitung sebagai seorang pahlawan yang berasal dari masyarakat Betawi.

Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Majas Sinekdoke

Penggunaan majas sinekdoke dalam sastra Indonesia memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain:

Kelebihan

  • Memberikan efek yang lebih dramatis atau emosional pada suatu cerita atau puisi.
  • Meningkatkan daya tarik dan keindahan bahasa dalam sastra.
  • Memudahkan pembaca atau pendengar untuk memahami makna figuratif yang terkandung dalam suatu karya sastra.

Kekurangan

  • Dapat menyebabkan kesalahpahaman atau kebingungan pada pembaca atau pendengar yang tidak memahami makna figuratif yang terkandung dalam suatu karya sastra.
  • Dapat mengurangi kejelasan dan keakuratan dalam penyampaian informasi.
  • Dapat terkesan terlalu berlebihan atau berlebihan dalam penggunaannya.

Kesimpulan

Majas sinekdoke adalah salah satu bentuk majas atau gaya bahasa yang sering digunakan dalam sastra Indonesia. Majas ini menggunakan bagian dari suatu objek untuk mewakili keseluruhan objek tersebut, sehingga memiliki makna figuratif atau kiasan yang terkesan lebih bahasa sehari-hari daripada bahasa formal. Penggunaan majas sinekdoke dalam sastra Indonesia memiliki kelebihan dan kekurangan, namun secara umum dapat meningkatkan daya tarik dan keindahan bahasa dalam suatu karya sastra.