Pengertian FRASA, Untuk mengetahui apakah yang akan dianalisis itu benar-benar frasa, langkah awal yang harus dikerjakan adalah identifikasi dan mengenali ciri-cirinya. Selanjutnya, frasa disegementasikan untuk mengetahui unsur-unsur pembentuknya atau biasa disebut bagi unsur langsung, Dengan mengetahui unsur pembentuk, maka akan diketahui pula strukturnya. Kemudian, struktur digunakan untuk membedakan frasa satu dengan frasa lainnya.
Pengertian Frasa
Frasa adalah satuan lingual yang merupakan gabungan siktaksis dua kata atau lebih, bukan berupa subjek predikat atau pun klausa. Frasa berada di antara kata dan klausa, terbentuk dari gabungan sintaksis dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Frasa memiliki unsur langsung, dan unsur inti dan unsur tambahan
1. Unsur Langsung
Gabungan kata buku baru dapat disegmentasikan menjadi buku/baru, pensil adik menjadi pensil/adik dan akan pergi. Selain dapat disegmentasikan, gabungan kata tersebut juga dapat disisipi menjadi:
Buku baru: buku yang baru
Pensil adik: pensil milik adik
Akan pergi: tidak akan pergi
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa gabungan kata buku baru, pensil adik dan akan pergi adalah sebuah frasa. Kata buku dan baru, pensil dan adik serta akan dan pergi merupakan unsur langsung frasa.
Selain unsur langsung, frasa juga memiliki unsur tak langsung. Unsur tersebut ditemui dalam frasa yang terdiri dari tiga kalimat. Misalnya rumah baru adik, unsur langsungnya adalah rumah baru dan adik. Dengan uraian, rumah baru adalah frasa dengan unsur langsung rumah dan baru. Namun, baru dalam frasa rumah kakak baru merupakan unsur tak langsung. Hal ini disebabkan ada tidaknya kata baru tidak mempengaruhi makna.
2. Unsur Inti dan Tambahan
Salah satu unsur dalam frasa ada yang merupakan unsur sentral. Unsur sentral merupakan unsur yang dapat menggantikan atau ekuivalen dengan keseluruhan frasa. Unsur dengan ciri tersebut adalah unsur inti. Dalam frasa rumah baru, kata rumah merupakan unsur ekuivalen secara distribusional dengan rumah baru dan secara kategorial rumah sama dengan rumah baru, rumah berkategori nomina (N) dan rumah baru pun berkategori frasa nomina (FN).
Di samping itu, rumah berupakan unsur sentral atau inti. Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak kemungkinan ia dilesapkan:
a. Ibu memberi rumah baru
b. Ibu membeli rumah
c. Ibu membeli baru*
Berdasarkan teknik pelesapan tersebut, terbukti bahwa kata rumah tidak dapat dilesapkan. Jika kata rumah dilesapkan seperti contoh nomor 3, maka kalimat menjadi tidak gramatikal. Sehingga dalam frasa rumah baru, kata rumah merupakan unsur inti (UI), sedangkan kata baru merupakan unsur tambahan (UT)
Sehingga didapat kesimpulan bahwa jika suatu unsur frasa dalam kalimat tidak mungkin dilesapkan, maka unsur tersebut merupakan UT. Sebaliknya, jika suatu unsur dapat dilesapkan tanpa merusak gramatikal kalimat, unsur tersebut merupakan UI.
Ciri-ciri Frasa
Menurut pengertian yang dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa sebuah frasa memiliki ciri sebagai berikut:
1. Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih,
2. Frasa harus gramatikal (mempunyai arti),
3. Frasa memiliki unsur langsung, unsur inti dan unsur tambahan,
4. Memiliki struktur.
Jenis Frasa
1. Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik dalam bahasa Indonesia terdiri dari unsur pertama berupa preposisi dan unsur kedua umumnya nomina, bisa juga verba dan adjektiva. Sebagai contoh, ke rumah, untuk adikku, secara singkat.
2. Frasa Endosentrik
Suatu frasa yang salag satu unsurnya ekuivalen atau berdistribusi parallel dengan keseluruhan frasa adalah frasa endosentrik. Seperti contoh yang sudah dijelaskan di atas, frasa mobil baru, kata mobil tidak mungkin dapat dilesapkan, sedangkan kata baru bisa.
a. Frasa Endosentrik Koordinatif
Frasa ini ditandai dengan adanya konjungtor koordinatif: dan, serta, maupun, baik. Adanya konjungtor tersebut menandai frasa endosentrik prnjumlahan. Sedangkan konjungtor berupa atau, apa, entah tergolong frasa endosentrik pemilihan.
b. Frasa Endosentrik Atributif
Frasa yang terdiri dari UI dan UT. UI sebagai unsuur wajib dan UT sebagai unsur atribut. UI dalam frasa ini dapat berupa nomina, verba, adjektiva, sedangkan UT dapat berupa adjektiva atau adverbia.
c. Frasa Enosentrik Aposisif
Frasa yang tidak memiliki UI ataupun UT. Misalnya:
“Cori ke Jakarta”.
3. Kategori Frasa
a. Frasa Preposisional
Frasa preposisional merupakan gabungan sintaksis dua kata dengan unsur pertama berupa preposisi dan unsur kedua bisa berupa nomina, pronomina atau adjektiva, misalnya:
di kantor, dengan tangan, seperti bulan, untuk kesejahteraan.
Untuk frasa prepisisional dengan unsur kedua berupa verba perlu dicermati, misalnya dalam kalimat:
1) Dia menerima hadiah itu dengan tersenyum.
Konstruksi dengan tersenyum dapat ditentukan sebagai frasa, yaitu sebagai frasa eksosentrik, hanya saja petandanya dalam struktur luar kalimat tersenyum, namun sebenarnya yang tersenyum adalah dia. Jadi, struktur dalam kalimat itu ialah:
“Dia menerima hadiah itu dengan (dia) tersenyum”.
b. Frasa Verbal
Frasa verbal adalah gabungan sintaksis dua kata atau lebih yang berunsur inti verba. Sehubungan dengan batasan fungsi yang ada, maka konstruksi predikat+objek, predikat+pelengkap dan predikat+keterangan bukan konstruksi frasa. Misalnya:
(Dia) memilih warna merah. (P+O)
(Adik) minum susu. (P+Pel)
Kedua konstruksi tersebut tidak dapat disebut frasa. Selanjutnya, frasa verbal tergolong frasa endosentrik dan subtipenya adalah frasa endosentrik atributif. Frasa endosentrik atributif adalah frasa yang terdiri dari UI dan UT. Misalnya konstruksi:
a. (Kunti) mendidik dan mengasuh (kelima anaknya).
b. (Dia) datang membawa (uang dan perhiasan).
Kontruksi mendidik dan mengasuh bukan frasa verbal yang bertipe endosentrik koordinatif, karena kalimat (a) merupakan pemadatan dari kalimat:
“Kunti mendidik (kelima anaknya), dan (Kunti) mengasuh kelima anaknya”.
Konstruksi “datang membawa” pada kalimat (b) pun bukan frasa verbal, karena dapat disisipi kata “dengan”, sehingga menjadi “datang dengan membawa” uang perhiasan. Hal tersebut membuktikan bahwa “datang membawa” merupakan konstruksi berpola predikat + pelengkap, sehingga dapat dikatakan bahawa frasa verbal hanya bertipe frasa endosentrik atributif, dengan unsur inti verba dan atribut atau unsur tambahan berupa adverbia, misalnya sudah pergi, tentu datang, bergeming saja, bertemu lagi, akan berlayar dan sedang bersiap-siap.
c. Frasa Adjektival
Frasa adjektival adalah gabungan sintaksis dua kata atau lebih yang berunsur inti adjektiva, dan unsur tambahan atau atributnya berupa advervia, seperti amat, sangat, terlalu. Misalnya:
Harga beras sangat mahal.
d. Frasa Adverbial
Frasa adverbial tidak produktif karena Adv umumnya menjadi unsur tambahan atau atribut kategori lain. Dalam kedudukannya, sebagai atribut itu ada gabungan sintaksis dua Adv, sehingga terbentuk frasa adverbial. Frasa lebih kurang seratus orang dapat diuraikan terdiri dari dua unsur:
“lebih kurang+seratus orang”
Pada unsur pertama, terdapat gabungan sintaksis “lebih + kurang” yang membentuk frasa adverbial.
e. Frasa Nominal
Frasa nomina adalah gabungan sintaksis dua kata atau lebih dengan unsur inti nomina, sedang unsur tambahannya bisa berupa nomina, pronominal, adjektiva, adverbial, misalnya rumah baru, wajah cantik, sepatu adik, hak kita.
Selain tipe endosentrik atributif, frasa nomina ada yang endosentrik koordinatif, misalnya jalan dan selokan, baik ibu maupun bapak. Kemudian, dimungkinkan juga adanya frasa nominal tipe endosentrik apositif, misalnya “guru Pandawa dan Kurawa, Pendita Durna (tinggal di kerajaan).
f. Frasa Pronominal
Frasa pronominal adalah gabungan sintaksis dua kata atau lebih dengan unsur inti pronominal, misalnya:
Saya ini sudah lima tahun kerja di sini.
g. Frasa Numeralia
Frasa numeralia terbentuk dari numeralia + numeralia atau numeralia + penggolong nomina, misalnya:
Bersabarlah menunggu barang satu atau dua hari ke depan.
Dia menerima imbalan lima lembar uang ratusan.
Contoh Frasa
1. Frasa eksosentrik
Contohnya:
a. Paman membeli sepeda baru
b. Paman membeli sepeda
Berdasarkan contoh tersebut, kata sepeda baru dan sepeda berhubungan secara vertikal dan dapat saling berhubungan tanpa merusak kegramatikalan kalimat. Kata sepeda baru dapat menggantikan kata sepeda dengan teknik substitusi.
2. Frasa Endosentrik
a. Frasa Endosentrik Koordinatif
Misalnya: Aku, kau, semuanya harus siap-siap!
b. Frasa Endosentrik Atributif
Misalnya: istri muda, tas plastik
c. Frasa Endosentrik Aposisif
Misalnya: Putri tunggal Tuan Dubuse ke Batavia.
d. Frasa Preposisional
Misalnya: Di kantor, dalam negeri, buat kekasih.
e. Frasa Verbal
Misalnya: Sudah pergi, bertemu lagi, akan berlayar.
f. Frasa Adjektiva
Misalnya: Amat bergarap
g. Frasa Adverbial
Misalnya: Amat sangat sadis.
h. Frasa Nominal
Misalnya: Baik orang muda maupun tua.
i. Frasa Pronominal
Misalnya: Aku dan dia suka makan.
j. Frasa Numeralia
Misalnya: Empat buah mobil mewah terparkir di halaman.